- Rusia: Rubel Baru di Tengah Krisis Lama
Pasca bubarnya Uni Soviet, Rusia mengalami inflasi besar. Tahun 1998, pemerintah menghapus tiga nol dari rubel. Langkah itu diiringi reformasi keuangan dan kebijakan ketat.
Meskipun krisis Asia menghantam di tahun yang sama, Rusia keluar dengan mata uang yang lebih stabil dan sistem moneter yang lebih modern.
- Korea Selatan: Menata Nilai, Membangun Kepercayaan
Pada 1962, Korea Selatan memotong dua nol dari won lama di tengah restrukturisasi ekonomi pasca perang. Pemerintah menyiapkan sosialisasi besar, menstabilkan harga, dan menegakkan kontrol fiskal ketat.
Keberhasilan itu menjadi fondasi lahirnya ekonomi industri modern Korea Selatan.
Pelajaran untuk Indonesia
Ahli ekonomi Nailul Huda dari CELIOS memperingatkan bahwa proses redenominasi bisa memakan waktu delapan tahun, termasuk masa pembahasan dan uji coba.
“Tidak akan mudah karena bisa menyebabkan inflasi dan menimbulkan biaya besar, bahkan ratusan miliar,” katanya.
Ia menegaskan, Indonesia belum perlu tergesa-gesa. “Stabilisasi nilai tukar rupiah harus menjadi prioritas utama sebelum kita bicara redenominasi.”
Sementara Josua Pardede dari Permata Bank menambahkan, “Redenominasi bukan resep untuk mengatasi harga atau kurs. Ini penataan sistem, dan hanya bisa berhasil bila dilakukan dalam kondisi ekonomi yang sehat.”
Menimbang Jalan ke 2027
Redenominasi rupiah bisa jadi simbol modernisasi ekonomi — jika dilakukan dengan perhitungan matang dan komunikasi publik yang jujur. Tapi, jika terburu-buru, ia bisa berubah menjadi bumerang: nol memang hilang, tapi kepercayaan ikut terhapus.
Sejarah dunia sudah menulis dua bab: satu tentang kegagalan di tengah krisis, satu lagi tentang keberhasilan di masa stabil. Kini, bab berikutnya menunggu: apakah Indonesia akan menulis kisahnya di halaman yang benar?***




Tinggalkan Balasan