Lebih dari 100 diplomat dari 50 negara memilih walk out saat PM Israel Benjamin Netanyahu berpidato di Sidang Umum PBB ke-80, memprotes sikap kerasnya soal Gaza dan penolakan solusi dua negara.
KOSONGSATU.ID – Sidang Umum PBB ke-80 di New York pada Jumat (26/9/2025) memanas ketika lebih dari seratus diplomat dari lebih 50 negara meninggalkan ruangan saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidatonya.
Aksi walk out itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Israel di Jalur Gaza dan pernyataan keras Netanyahu mengenai Palestina. Sejumlah negara bahkan memilih tidak hadir sejak awal, termasuk Mesir, Yordania, Lebanon, Suriah, Turki, dan Arab Saudi.
Dalam pidatonya, Netanyahu menegaskan Israel harus “finish the job” atau menuntaskan operasi militer terhadap Hamas. Ia juga mengecam pengakuan Palestina oleh sejumlah negara Barat, menyebut langkah itu sebagai “pesan bahwa membunuh orang Yahudi menguntungkan.”
Netanyahu menolak solusi dua negara. Ia menyamakan gagasan mendirikan negara Palestina di dekat Yerusalem dengan memberikan “negara untuk al-Qaeda di dekat New York”. Pernyataan yang memicu kemarahan delegasi.
Ia pun membantah tuduhan genosida dan blokade bantuan kemanusiaan. Netanyahu mengklaim Israel memperingatkan warga sipil untuk mengungsi, dan menuding Hamas menempatkan infrastruktur militernya di sekolah serta rumah sakit.
“Israel tidak akan berhenti sampai Hamas dilemahkan total. Hamas harus menyerah, melepaskan sandera, dan menghentikan perang yang mereka mulai,” tegas Netanyahu.
Meski diwarnai protes keras, Netanyahu tetap menantang. Ia menyatakan aksi walk out tidak akan memengaruhi tekad Israel melanjutkan operasi militer, bahkan memperingatkan bahwa pengakuan negara Palestina hanyalah “hadiah bagi teroris.”
Reaksi Negara-Negara yang Walk Out
Perwakilan Mesir menegaskan aksi walk out merupakan “pesan jelas bahwa dunia menolak normalisasi genosida.” Sementara Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyebut pernyataan Netanyahu “pelecehan terhadap nurani kemanusiaan.”
Dari Eropa, delegasi Irlandia menyatakan Israel telah kehilangan legitimasi moral. “Mengabaikan penderitaan jutaan warga sipil bukanlah kepemimpinan, melainkan kebrutalan,” ujar diplomat senior Irlandia.
Arab Saudi bahkan mengirimkan nota diplomatik khusus yang menilai pidato Netanyahu sebagai “upaya menutup jalan perdamaian dengan retorika kebencian.”***




Tinggalkan Balasan