Sebuah tembikar kuno dari Baghdad menggemparkan dunia arkeologi. Bentuknya sederhana, tapi diduga bisa jadi baterai ribuan tahun silam. Penemuan ini menyisakan misteri: teknologi di masa lalu itu fakta atau mitos?


KOSONGSATU.ID—Di sebuah situs kuno dekat Baghdad, Irak, para arkeolog pada 1930-an menemukan benda sederhana: stoples tanah liat kecil. Bentuknya tak mencolok—tinggi sekitar 15 sentimeter, di dalamnya ada silinder tembaga, batang besi, dan tutup aspal yang menahan semuanya rapat.

Awalnya, ia dianggap sekadar wadah ritual. Namun, seorang kurator Jerman bernama Wilhelm König punya dugaan berbeda. Tahun 1938, ia menuliskan teori berani: benda itu bukan sekadar tembikar, melainkan sel galvanik—baterai kuno.

Reka ulang bikinan ilmuwan yang memperikaran tembikar di Baghdad merupakan baterai. – ANCIENT ORIGINS

Dari Tembikar Jadi Misteri

Dugaan itu langsung menggemparkan. Jika benar, berarti orang Parthia atau Sasanian—sekitar abad ke-2 SM hingga abad ke-7 M—sudah lebih dulu mengenal listrik. Sebuah ide yang menantang sejarah.

Para peneliti kemudian mencoba merekonstruksi. Ketika tembikar itu diisi cairan asam sederhana seperti cuka atau air lemon, hasilnya mengejutkan: memang muncul tegangan kecil. Sebuah tim acara televisi MythBusters bahkan merangkai sepuluh replika, menghasilkan lebih dari 4 volt, cukup untuk melapisi logam tipis.

Sejak itu, nama “Baterai Baghdad” melekat. Ia masuk daftar misteri arkeologi dunia—disejajarkan dengan Stonehenge atau Piramida Giza—karena seakan membuka jendela ke teknologi yang tak seharusnya ada pada zamannya.

Kritik dan Perdebatan

Meski terdengar spektakuler, tak semua ilmuwan percaya. Banyak arkeolog menilai teori “baterai kuno” terlalu spekulatif.

Pertama, tak ada bukti konteks yang menunjukkan penggunaannya sebagai perangkat listrik. Artefak serupa ditemukan berisi papirus atau serat, sehingga lebih cocok dianggap sebagai wadah jimat atau ritual. Kedua, jika benar digunakan untuk elektroplating, seharusnya ada residu logam yang tertinggal, tetapi itu tak pernah ditemukan.

Kesimpulan umum dunia akademis: stoples itu bisa bekerja seperti baterai, tetapi belum ada bukti bahwa ia benar-benar digunakan demikian.