Di balik ledakan energi dan fiksi ilmiah, antimateri menyimpan rahasia besar alam semesta. Apa sebenarnya antimateri? Mengapa para ilmuwan di seluruh dunia mati-matian mencarinya ke langit?


KOSONGSATU.ID–Bayangkan: ada sebuah partikel kembar dari diri Anda. Sama persis dengan Anda, kecuali satu hal: semua muatan listriknya terbalik.

Jika Anda dari materi, maka si kembar itu dari antimateri. Bila kalian bersentuhan, keduanya langsung musnah, meledak menjadi energi murni. Begitulah kira-kira cara kerja antimateri.

Dalam dunia fisika, antimateri adalah kebalikan dari materi biasa. Partikel penyusunnya seperti elektron, proton, dan neutron memiliki pasangan yang disebut antipartikel.

Elektron punya pasangan bernama positron—yang bermuatan positif. Proton punya antiproton, yang bermuatan negatif. Bila partikel dan antipartikel bertemu, keduanya akan “annihilate” atau saling memusnahkan.

Yang membuat antimateri begitu menarik bukan hanya karena sifatnya yang eksotis, tapi juga karena energi besar yang dilepaskannya saat musnah.

Seandainya bisa dikendalikan, setetes antimateri bisa menghasilkan energi setara bom nuklir, tanpa limbah radioaktif. Karena itulah antimateri sering dibayangkan sebagai bahan bakar masa depan, atau bahkan senjata super dalam film fiksi ilmiah.

Namun hingga kini, antimateri lebih banyak jadi misteri. Ia nyaris tak ada di Bumi.

Padahal, menurut teori, Big Bang—ledakan yang melahirkan alam semesta—harusnya menciptakan materi dan antimateri dalam jumlah sama. Tapi nyatanya, yang kita lihat hanyalah materi. Jadi ke mana perginya antimateri?

Itulah pertanyaan besar yang ingin dijawab para ilmuwan. Dan jawabannya mungkin ada di luar angkasa.

Misi Pencarian dari Orbit

Untuk mencari antimateri, manusia mengirimkan detektor ke luar angkasa. Salah satunya adalah Alpha Magnetic Spectrometer (AMS-02), yang sejak 2011 menempel di badan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

AMS adalah alat raksasa yang memindai partikel kosmik—“debu” dari bintang dan galaksi yang beterbangan di angkasa. Tujuannya: mendeteksi positron, antiproton, atau bahkan inti antihelium, yang bisa menjadi petunjuk adanya antibintang.

Sebelum AMS, satelit PAMELA juga sempat membuat geger dunia sains. Ia menemukan sabuk antiproton yang mengejutkan, mengelilingi Bumi seperti versi antimateri dari sabuk radiasi Van Allen.

Penemuan-penemuan ini belum membuktikan adanya “alam semesta antimateri”, tapi cukup untuk menyalakan api semangat. Jika ditemukan inti antihelium, itu bisa berarti ada bintang, bahkan galaksi, yang seluruhnya terdiri dari antimateri—tersembunyi di balik debu kosmik.

Misteri Kosmos yang Belum Terjawab

Sampai hari ini, antimateri tetap sulit ditangkap, apalagi disimpan. Ia langsung musnah saat menyentuh materi biasa, termasuk dinding wadah penyimpanan. Produksi laboratorium pun mahal dan terbatas.

Tapi justru karena misterius, antimateri jadi pusat perhatian. Ia mungkin menjadi kunci untuk memahami kenapa alam semesta kita bisa ada, dan ke mana perginya “bayangan” dari materi saat penciptaan alam raya.

Pencarian masih terus berlangsung. Detektor-detektor seperti AMS, PAMELA, dan rencana-rencana masa depan seperti proyek GRAMS terus diarahkan ke langit.

Sebab, siapa tahu, di antara bintang-bintang yang berkilau di malam hari, ada satu yang tidak bersinar dari materi—melainkan dari antimateri.***