Protes besar meletus setelah tayangan XPOSE Trans7 dianggap melecehkan santri dan pesantren. Pembelaan menggema dari Lirboyo hingga Yogyakarta, hingga stasiun TV akhirnya minta maaf.

KOSONGSATU.ID — Tayangan XPOSE Trans7 berjudul provokatif “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?” memicu kemarahan luas komunitas pesantren di seluruh Indonesia. Narasi yang disiarkan itu dianggap melecehkan kiai, santri, dan kehidupan pesantren yang selama ini menjadi benteng moral bangsa.

Gelombang protes pun menggema. Tagar #BoikotTrans7 menempati posisi trending di berbagai platform media sosial. Para santri, alumni, dan simpatisan pesantren menilai tayangan tersebut bukan sekadar tidak berimbang, tetapi juga merusak citra pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.

Puluhan santri dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo Jabodetabek bahkan mendatangi Studio Trans7 di Jalan Kapten Tendean, Jakarta, Senin malam (13/10). Mereka menuntut klarifikasi terbuka dan permintaan maaf resmi.

“Pesantren memang bukan institusi sempurna, tapi jangan dilecehkan dengan framing murahan,” tulis pernyataan resmi Alumni Lirboyo.

Puluhan santri dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo mendatangi Studio Trans7 di Jl. Tendean, Jakarta, Senin malam (13/10). – Istimewa

Di lini media sosial, akun Santri Melawan mengunggah seruan keras: “BOIKOT!!! Trans7 telah menghina kiai dan santri.” Ribuan komentar dan unggahan serupa membanjiri jagat maya sepanjang dua hari terakhir.

Suara pembelaan juga datang dari Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) DI Yogyakarta dan Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren se-Indonesia (MP3I). Mereka menilai, tayangan tersebut tak hanya mengandung bias dan generalisasi negatif, tapi juga memperlihatkan ketidaktahuan media terhadap realitas sosial pesantren.

“Kami mengecam keras penyajian konten yang penuh generalisasi negatif, seperti tuduhan ‘penindasan’ dan ‘kehidupan primitif’ di pesantren tanpa verifikasi fakta,” ujar Imam Nawawi, Sekretaris JKSN DI Yogyakarta, Selasa (14/10/2025).

Menurut Imam, pesantren bukan tempat kegelapan seperti yang digambarkan tayangan itu, melainkan benteng peradaban yang telah melahirkan tokoh-tokoh besar seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahid Hasyim, serta berkontribusi besar terhadap lahirnya bangsa Indonesia.
“Lebih dari 5 juta santri di seluruh negeri ini menimba ilmu dan adab di pesantren. Mereka adalah penjaga ketahanan sosial dan budaya kita,” tegasnya.

Dalam pernyataan resminya, JKSN mendesak Trans7:

  1. Menarik dan memperbaiki konten dengan menghadirkan wawancara langsung bersama kiai dan santri.
  2. Menyampaikan permintaan maaf terbuka di media nasional.
  3. Membangun kolaborasi edukatif, agar media memahami pesantren sebagai ruang pendidikan yang inspiratif, bukan bahan sensasi.

Sementara MP3I mengeluarkan pernyataan serupa melalui surat yang ditujukan ke seluruh wilayah Indonesia. Mereka menuntut Trans7 meminta maaf di media nasional, meminta KPI dan Kementerian Komunikasi Digital menjatuhkan sanksi, serta menyerukan penegakan hukum atas dugaan pencemaran nama baik institusi pendidikan Islam.