- Berkeley Global Science Institute, yang membantu membangun pusat penelitian di negara berkembang,
- Kavli Energy NanoSciences Institute, yang berfokus pada konversi energi tingkat molekuler, dan
- Bakar Institute of Digital Materials for the Planet, yang mengembangkan material berpori murah untuk mitigasi perubahan iklim.
Karyanya telah dipublikasikan lebih dari 300 kali, dikutip lebih dari 250.000 kali, dengan indeks-H 190 — salah satu yang tertinggi di dunia sains.
Selain Nobel, Yaghi juga menyabet berbagai penghargaan bergengsi, antara lain Wolf Prize (2018), King Faisal International Prize (2015), Solvay Prize (2024), Tang Prize (2024), dan Balzan Prize (2024).
Ia menjadi ilmuwan Muslim kedua yang meraih Nobel Kimia, setelah Ahmed Zewail pada 1999. Pengakuan ini menandai kebangkitan ilmuwan dari dunia Arab dalam sains global — dan membuktikan bahwa bahkan dari kamp pengungsi, seseorang bisa mengubah dunia.***
Halaman
Tinggalkan Balasan