Ketika Iman Berubah Jadi Formalitas
Coba jujur, dalam seratus persen hidupmu, berapa persen Tuhan terlibat di dalamnya? Bahkan saat salat pun, pikiran sering ke mana-mana—mendengar suara TV, teringat laptop belum di-charge, atau memikirkan omongan orang. Ritualnya jalan, tapi hatinya kosong.
Bahkan dalam momen sakral sekalipun, Tuhan bisa absen dari kesadaran kita. Kalau Ronaldo hampir mencetak gol, dan kamu spontan mengumpat, bukan astaghfirullah, itu juga tanda betapa refleks spiritual kita sudah tumpul.
Ateisme praktis bukan soal keyakinan, melainkan soal kesadaran. Soal seberapa sering kita menghadirkan Allah dalam tindakan sehari-hari. Orang yang selamat dari ateisme praktis bukan yang paling fasih bicara tentang Tuhan, tapi yang paling sadar bahwa setiap langkah, keputusan, bahkan seteguk air yang ia minum, selalu berada di bawah ridha-Nya.
“Kesadaran Allah” itulah benteng sejati melawan ateisme praktis. Sebab, yang paling berbahaya bukan orang yang tak percaya Tuhan, melainkan orang yang mengaku percaya—tapi hidup seolah Dia tidak pernah ada.***
Tinggalkan Balasan