Kretek bukan sekadar rokok. Dari Kudus hingga London, ia pernah jadi bahan bakar perjuangan: mendanai pergerakan, menyamarkan pejuang, sampai jadi senjata diplomasi Agus Salim.
KOSONGSATU.ID—Di balik kepulan asap dan aroma cengkih, kretek menyimpan kisah panjang yang jarang dibicarakan. Ia bukan hanya komoditas ekonomi, melainkan juga bagian dari denyut nasionalisme Indonesia sejak awal abad ke-20.
Dalam buku Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya, sejarawan S. Margana bersama timnya menyingkap jejak pengusaha kretek Kudus yang menjadi donatur perjuangan Bung Karno. Nitisemito, sang Raja Kretek, dikenal menyokong pergerakan lewat jalur-jalur rahasia, karena kala itu mata-mata kolonial ada di mana-mana. Bahkan, nama Nitisemito sempat disebut Soekarno dalam sidang BPUPKI—sebuah bukti betapa dekatnya ia dengan lingkar perjuangan.

Tak hanya Nitisemito. Beberapa pengusaha kretek lain juga tercatat sebagai pionir pergerakan keagamaan sekaligus nasionalisme. H. Asikin, aktivis Muhammadiyah Kudus, adalah pengusaha kretek nasional. Ada juga H.M. Abdul Kadir, pendiri Muhammadiyah Kudus, dan KH. Asnawie, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama. Bahkan, pemimpin Sarekat Islam Kudus, Haji Djoevri, juga berlatar belakang industri kretek.
Di Yogyakarta, Haji Fachrodin mendirikan pabrik kretek Tjap Merak di bawah perusahaan Kaumansche Drukkerij. Harga satu bungkus? Hanya lima sen berisi 15 batang. Iklannya bisa dilacak di harian Islam-Bergerak edisi 10 Juni 1917.
Kretek, Relawan, dan Markas Gerilya
Ketika perang kemerdekaan meletus, pabrik kretek di Kudus tidak hanya mempekerjakan buruh linting. Banyak tenaga kerja kontraknya yang kemudian dikirim sebagai relawan pejuang. Tak jarang, pabrik dijadikan tempat persembunyian pejuang atau bahkan markas darurat.

Ada catatan, pada masa Agresi Militer II, sebuah pabrik kretek di Kudus digunakan untuk mengelabui tentara sekutu. Dari luar tampak seolah-olah hanya industri biasa, padahal di dalamnya berlangsung konsolidasi pejuang yang terluka.
Keterlibatan industri kretek dalam perjuangan juga terlihat dari hubungan erat antara Panglima Besar Jenderal Soedirman dan para juragan kretek Kudus. Dalam pameran sejarah kretek 2024 lalu, dipamerkan foto-foto sowan utusan Jenderal Soedirman kepada pengusaha rokok di Kudus.
Tujuannya jelas: mencari sokongan dana dan logistik untuk perang. Bahkan Jenderal Gatot Subroto disebut pernah mengirim utusan khusus ke Kudus menjelang pertempuran melawan Belanda.
0 Komentar