Tanpa sadar, banyak orang yang mengaku beriman menjalani hidup tanpa menghadirkan Tuhan. Mengaku percaya, tapi hanya mengingat-Nya saat susah. Inilah wajah halus ateisme praktis yang sering tak terdeteksi.
Redaksi. 
PERNAHKAH kamu merasa hidupmu berjalan baik-baik saja tanpa perlu mengingat Tuhan setiap waktu? Kalau iya, hati-hati. Bisa jadi, tanpa sadar kamu sedang menapaki jalan ateisme praktis—sebuah kondisi ketika seseorang tetap percaya Tuhan, tapi hidupnya tak lagi melibatkan-Nya.
Ada dua jenis ateisme: teoritis dan praktis. Ateisme teoritis adalah penolakan terhadap keberadaan Tuhan secara sadar dan ideologis. Tapi, ateisme praktis jauh lebih halus, lebih menipu, bahkan sering dilakukan oleh orang yang mengaku beriman.
Ia muncul ketika manusia hanya percaya pada hal yang bisa dibuktikan, dihitung, dan dimiliki. Saat uang, ambisi, dan gengsi lebih menentukan arah hidup ketimbang nilai ilahi.
Kita berdoa hanya saat sakit, bersujud hanya saat takut gagal, dan mengingat Tuhan hanya ketika tak punya pegangan lain. Selebihnya, hidup dijalani dengan logika “asal untung dan nyaman.” Di titik itulah, Tuhan perlahan tersisih dari pusat kesadaran kita.
Tinggalkan Balasan