Di kota yang masuk deretan termiskin keempat di Indonesia, sebuah rumah baru akan berdiri. Bukan dari pemerintah, melainkan dari seorang relawan tunggal yang membawa pulang semangat gotong royong OPSHID ke Gorontalo.
KOSONGSATU.ID—Rumah rapuh di sebuah gang Jalan Usman Isa, Kelurahan Pilolodaa, Kota Gorontalo, sebentar lagi bakal berubah wajah. Rumah itu milik Hani Abdul, 69 tahun, seorang janda yang baru tiga bulan kehilangan suami.
Sejak sang suami pergi, hidupnya ditopang anak semata wayangnya, Nanang Mohammad (36), tukang batu dengan penghasilan serba pas-pasan.
Selama bertahun-tahun Hani hanya bisa tidur di ranjangnya yang reyot. Di antara dinding rumahnya yang rapuh dan atap yang bocor. Hidup di tengah kesempitan dan ditinggal pasangan, ia mesti bertahan di masa tua bersama anaknya.
Hingga akhirnya harapan datang dari tempat yang tak disangka: Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah (OPSHID). Lewat program nasional Rumah Syukur Layak Huni Shiddiqiyyah Fatchan Mubina, OPSHID membangun rumah untuk Hani. Dan pembangunan yang dikerjakan OPSHID di Gorontalo ini beda dari wilayah lainnya di Indonesia.
Pasalnya, di kota ini, OPSHID maupun jamaah Shiddiqiyyah tidak punya basis massa. Sementara di wilayah lain dibangun secara bersama-sama oleh basis-basis massa Shiddiqiyyah.
“Ibu Hani memang berhak mendapatkan rumah yang layak,” kata Iden Gobel, satu-satunya anggota OPSHID asal Gorontalo, yang kini tinggal di Jakarta. Ia pulang kampung untuk membawa semangat gotong royong proyek nasional ke tanah kelahirannya. “Mudah-mudahan barokah untuk Gorontalo.”
Iden bekerja dibantu tim dari tanah Jawa. OPSHID Jakarta turun membantu survei pada Sabtu, 27 September.

Bagi OPSHID, proyek ini bukan hanya soal mendirikan rumah. Ia merupakan penegasan bahwa kepedulian bisa menembus batas: wilayah, jumlah anggota, bahkan ketiadaan komunitas.
Rumah Syukur yang dibangun untuk Hani Abdul ini selaras dengan proyek serupa di 17 provinsi yang ada di Indonesia. Dari Bojonegoro, Pati, Lamongan, Jakarta Selatan, hingga Gorontalo.
Setiap rumah yang berdiri bukan sekadar dinding dan atap, melainkan monumen kecil peringatan Sumpah Pemuda ke-97—sebuah tanda bahwa kebangsaan bisa dihidupkan dalam bentuk paling sederhana: membangun rumah bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan.
Di Gorontalo, rumah itu kelak berdiri sebagai pengingat: bahwa bahkan dengan satu relawan, perubahan tetap mungkin.***
3 Komentar
ATAS Berkat Rochmat Alloh Yang Maha Kuasa
Subchanalloh alchamdulilah astaghfiruloh
OPSHID untuk Indonesia Raya
ATAS Berkat Rochmat Alloh Yang Maha Kuasa
Subchanalloh alchamdulilah astaghfiruloh
OPSHID untuk Indonesia Raya
Indonesia jaya
Subchanalloh Alchamdulillah Astagfirullah
Atas Berkat Rochmat Alloh Yang Maha Kuasa
Selalu semangat untuk Indonesia Raya