Puluhan tahun rumahnya nyaris roboh dan tak pernah tersentuh bantuan pemerintah, kini janda lansia Hani Abdul (63) akhirnya bisa tersenyum. Rumah peninggalan suaminya, almarhum Imam Masjid Sabilil Muhtadin, dibangun ulang oleh para pemuda Shiddiqiyyah.
KOSONGSATU.ID—Di gang sempit Kelurahan Pilolodaa, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, berdiri rumah kecil yang dulu hampir ambruk, tapi kini tampak kokoh dan bersih.
Di dalamnya, seorang perempuan tua duduk di kursi roda, matanya berkaca-kaca. Ia adalah Hani Abdul (63), janda dari almarhum Usman Mohamad, imam Masjid Sabilil Muhtadin yang puluhan tahun mengabdikan hidupnya untuk umat tanpa pernah menikmati kesejahteraan yang layak.
Selama hidupnya, almarhum Usman menjalankan tugas keagamaan tanpa pamrih: memimpin salat, mengurus jenazah, dan menghadiri undangan doa warga.
“Terkadang pulang ke rumah belum makan, tapi amanah tetap dijalankan,” kenang Hani lirih.
Penghasilan kecil dan keterbatasan fisik membuat keluarga itu hidup serba pas-pasan. Bantuan sosial seperti BPJS dan BPNT sempat meringankan beban mereka, namun semuanya berhenti ketika sang imam berpulang empat bulan lalu.
Harapan yang Datang Terlambat
Hani mengira masa tuanya akan dihabiskan di rumah reyot berdinding papan lapuk. Selama bertahun-tahun, program perbaikan rumah layak huni tak pernah menjangkau keluarganya.
“Syaratnya harus ada swadaya. Bagaimana bisa, makan saja kami susah,” ujarnya.
Namun, takdir berkata lain. Pada September 2025, Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah (OPSHID) datang ke rumahnya. Mereka membawa kabar yang sulit dipercaya: rumah Hani akan dibedah dan dibangun kembali secara penuh.
“Saya dikunjungi dua bulan lalu oleh tim OPSHID. Saya kira hanya survei, ternyata benar-benar dibangun,” ucapnya, tersenyum.
Satu Bulan, Satu Keajaiban
Pembangunan berlangsung cepat: hanya sebulan. Rumah yang dulu bocor dan reyot kini berdiri megah, meski sederhana.

Bantuan itu menjadi bagian dari program gotong royong OPSHID—yang mengusung tajuk Rumah Syukur Layak Huni Shiddiqiyyah Fatchan Mubiina—yang membangun 98 rumah di seluruh Indonesia. Gorontalo merupakan daerah pertama di Sulawesi yang menerima manfaatnya.
Peresmian dan serah terima dilakukan 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur. Semoga para dermawan diberi kesehatan dan rezeki yang berlimpah,” ucap Hani, yang tak kuasa menahan air matanya.
Kini, rumah baru itu menjadi simbol bahwa pengabdian kecil di mimbar dan mihrab tak selalu berujung pada kesunyian. Kadang, tangan-tangan muda dari jauh datang membawa terang — menebus kelalaian pemerintah dengan kasih yang tak banyak bicara.
Program Rumah Sykur Layak Huni Shiddiqiyyah Fatchan Mubiina sendiri diresmikan secara nasional di Pesantren Majma’al Bachroin Chubbul Wathon Minal Iman, Thoriqoh Shiddiqiyyah Indonesia, Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur pada 28 Oktober 2025— sebagai bagian dari gerakan sosial memperingati Sumpah Pemuda dan lahirnya lagu kebangsaan Indonesia Raya berbasis kemandirian umat.***




Tinggalkan Balasan