Iden Gobel (peci bermotif), ketua panitia pembangunan, ikut menanam Batu Syukur. – Istimewa

Peletakan batu ini memang terlambat dibanding 96 titik lain di 17 provinsi yang sudah lebih dulu dilakukan pada 20 September. Namun, Gorontalo punya cerita khusus. Kota ini tidak memiliki basis OPSHID ataupun warga Shiddiqiyyah. Satu-satunya relawan adalah Iden Gobel, putra daerah yang kini merantau di Jakarta.

“Untuk pengerjaan sampai tahap pondasi,” kata Iden, “bakal dikerjakan oleh pekerja lokal. Nantinya juga akan didatangkan tenaga ahli pembangunan dari Jakarta maupun Jombang. Target kerjanya 35 hari.”

Bagi Hani, momen itu bukan sekadar seremoni. “Saya tidak sangka rumah ini bisa diganti. Selama ini hanya pasrah dengan kondisi. Terima kasih, mudah-mudahan semua yang membantu mendapat balasan,” ucapnya terbata.

Rumah Syukur ke-97

Peletakan Batu Syukur di Gorontalo melengkapi total 97 unit rumah yang dibangun serentak tahun ini. Angka itu dipilih sebagai simbol 97 tahun peringatan Sumpah Pemuda dan lahirnya lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Lebih dari sekadar rumah, program ini menjadi bukti bahwa gotong royong dapat hadir meski tanpa basis massa. Bahwa satu orang pun bisa memantik perubahan. Dari Bojonegoro, Pati, Lamongan, hingga Gorontalo, setiap batu yang ditanam menandai hadirnya harapan baru.***