Upacara Hari Pahlawan di Istana jadi ajang penghormatan bagi tokoh bangsa lintas zaman dan latar perjuangan.

KOSONGSATU.ID — Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Tahun 2025 kepada sepuluh tokoh bangsa dalam upacara peringatan Hari Pahlawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/11/2025).

Gelar kehormatan tersebut diberikan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Upacara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mengheningkan cipta, sebelum Presiden menyerahkan tanda kehormatan kepada para ahli waris penerima gelar.

“Negara ini berdiri karena perjuangan, pengorbanan, dan cinta tanah air dari orang-orang besar. Kita wajib menghormati mereka,” ujar Prabowo dalam sambutan singkatnya.

Momen ketika Prabowo Subanto dilantik Presiden ke-2 RI Soeharto saat taruna Akademi Militer Nasional, yang diunggah Prabowo di akun Instagram miliknya, Selasa, 8 Juni 2021. Kini, sebagai Presiden RI, Prabowo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada mantan mertuanya itu. – Instagram: Prabowo Subianto).

10 Tokoh Pahlawan Nasional 2025

Tahun ini, pemerintah menetapkan sepuluh nama dari berbagai daerah dan latar perjuangan:

  1. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) – Presiden ke-4 RI, tokoh demokrasi dan pluralisme (Jawa Timur)
  2. Jenderal Besar TNI Soeharto – Presiden ke-2 RI, pemimpin pembangunan nasional (Jawa Tengah)
  3. Marsinah – Aktivis buruh perempuan, simbol perjuangan hak pekerja (Jawa Timur)
  4. Mochtar Kusumaatmadja – Diplomat dan perumus hukum laut internasional (Jawa Barat)
  5. Hajjah Rahma El Yunusiyyah – Pelopor pendidikan perempuan (Sumatra Barat)
  6. Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo – Komandan RPKAD dan pendiri AKABRI (Jawa Tengah)
  7. Sultan Muhammad Salahuddin – Raja Bima yang menolak kolonialisme Belanda (NTB)
  8. Syaikhona Muhammad Kholil – Ulama karismatik dan guru para pendiri NU (Jawa Timur)
  9. Tuan Rondahaim Saragih Garingging – Pemimpin perlawanan Batak Simalungun (Sumatra Utara)
  10. Zainal Abidin Syah – Sultan Tidore dan pejuang integrasi Maluku Utara ke NKRI

Simbol Rekonsiliasi dan Pengakuan Sejarah

Dari Gus Dur hingga Marsinah, dari Syaikhona Kholil hingga Soeharto, daftar pahlawan tahun ini mencerminkan keragaman wajah perjuangan Indonesia — mulai dari politik, militer, ulama, hingga rakyat kecil.

Soeharto menjadi salah satu yang paling menyita perhatian publik. Putrinya, Titiek Soeharto, hadir mewakili keluarga dan menyampaikan terima kasih kepada pemerintah. Sementara secara simbolis, Bambang Trihatmodjo menerima tanda kehormatan langsung dari Presiden Prabowo.

Namun, di balik upacara yang khidmat itu, penetapan Soeharto juga memunculkan perdebatan publik.

Kelompok masyarakat sipil seperti Gerakan Masyarakat Sipil Adili Soeharto (GEMAS) menilai keputusan itu kontroversial karena sejarah pelanggaran HAM dan praktik KKN di masa Orde Baru.

Kritik juga datang dari KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang menyebut, “Saya paling tidak setuju kalau Soeharto dijadikan Pahlawan Nasional,” (NU Online, 9/11).

 

Peringatan Hari Pahlawan dan Pesan Prabowo

Presiden Prabowo menutup upacara dengan pesan bahwa penghargaan kepada para pahlawan bukan semata mengenang masa lalu, tapi meneladani keberanian dan pengabdian mereka.

“Perjuangan belum selesai. Tugas kita sekarang menjaga warisan mereka — keadilan, kemerdekaan, dan kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional tahun ini menjadi momen rekonsiliasi sejarah dan penghormatan lintas generasi, di mana para tokoh dari latar perjuangan yang berbeda diakui sebagai bagian dari satu kisah besar: perjuangan Indonesia.***